Senin, 25 April 2011

Prancis Mengeruk Uranium Melawi ?

Rangkuman Diskusi Pertambangan Mailing List Migas Indonesia bulan September 2006 membahas tentang pengerukan uranium Melawi oleh Perancis.

Melawi, sebuah kabupaten di Kalimantan Barat yang dimekarkan setahun silam ternyata menyimpan cerita besar. Wilayah ini memiliki kandungan uranium sekitar 24 ribu ton yang setara dengan kebutuhan listrik sebesar 9.000 megawatt selama 125 tahun ke depan.




Namun potensi itu telah dikeruk negara lain. Prancis disebut-sebut telah menguras kandungan uranium di Desa Kalan, Kecamatan Ella Hilir, Melawi. Informasi yang diperoleh Tim Sigi SCTV menyebut Prancis masuk ke pedalaman Kalbar mendompleng Badan Tenaga Nuklir Nasional (Batan), sejak 1973. Aktivitas dan keberadaan perusahaan yang mengeruk kekayaan alam Melawi selama 33 tahun itu tak pernah diketahui pemerintah setempat. Benarkah, uranium Melawi telah dicuri?


Diskusi selengkapnya dapat disimak dalam file berikut.

Pemberi Artikel : Muhammad Ari Mukhlason

http://www.liputan6.com/view/8,125940,1,0,1156251010.html

Liputan6.com, Melawi: Melawi, sebuah kabupaten di Kalimantan Barat yang dimekarkan setahun silam ternyata menyimpan cerita besar. Wilayah ini memiliki kandungan uranium sekitar 24 ribu ton yang setara dengan kebutuhan listrik sebesar 9.000 megawatt selama 125 tahun ke depan.
Namun potensi itu telah dikeruk negara lain. Prancis disebut-sebut telah menguras kandungan uranium di Desa Kalan, Kecamatan Ella Hilir, Melawi. Informasi yang diperoleh Tim Sigi SCTV menyebut Prancis masuk ke pedalaman Kalbar mendompleng Badan Tenaga Nuklir Nasional (Batan), sejak 1973. Aktivitas dan keberadaan perusahaan yang mengeruk kekayaan alam Melawi selama 33 tahun itu tak pernah diketahui pemerintah setempat. Benarkah, uranium Melawi telah dicuri? Berbekal informasi itu Tim Sigi SCTV menelisik langsung ke pedalaman Melawi, baru-baru ini.
Desa Kalan adalah salah satu dari enam titik wilayah yang menyimpan kandungan uranium. Lokasi eksplorasi uranium bisa dicapai melalui jalan sepanjang sekitar 22 kilometer dengan medan yang berat. Di tempat itu terdapat Pos Keamanan Batan yang menjaga lokasi penambangan bahan pembuat bom nuklir itu.
Bersama dua mantan karyawan Komisariat Energi Atom Prancis (CEA) dan beberapa petugas Batan, Tim Sigi SCTV menelusuri pengeboran di Desa Kalan. Setelah mendaki hampir dua jam, tim tiba di mulut terowongan. Goa sepanjang kurang lebih 600 meter ini dibangun untuk menghubungkan titik-titik pengeboran uranium.
Di sekitar terowongan, sesekali didapati batu sampel uranium yang tertutup alang-alang. Menurut mantan ahli geologi CEA Said Marjan, sampel batu tersebut berkadar uranium rendah. Sementara yang berkadar uranium tinggi sudah raib sekitar 30 tahun silam.
Nanga Kalan dan sekitarnya hanyalah bagian kecil dari proyek raksasa eksplorasi dan eksploitasi uranium di Kalimantan. Dari luas wilayah 175 ribu kilometer persegi yang diteliti, 39 ribu kilometer persegi terbukti mengandung uranium sebesar 24.112 ton uranium. Ratusan ton di antaranya telah diboyong ke luar negeri.
Indonesia telah kecolongan uranium. Kesadaran yang seolah terlambat datang itu kini ramai dilantangkan para tokoh masyarakat Melawi. Eksplorasi uranium di hutan Nanga Pino, Nanga Elah, dan Nanga Kalan dilakukan selama delapan tahun sejak 1969. Eksplorasi dilakukan oleh perusahaan Prancis yang tergabung dalam CEA dengan berkerja sama dengan Batan.
Menurut Ketua DPRD Melawi Sukirman, ekplorasi uranium di wilayahnya menjadi sebuah proyek yang sangat misterius. "Sampai sekarang kita tak bisa ikut mengakses ataupun memahami apa kegiatan itu," jelas Sukirman.
Sejauh ini, pihaknya hanya mengetahui penambangan itu untuk penelitian.
Lantas, ke mana larinya uranium Melawi? Seorang petugas bandar udara di Melawi mengaku mengetahui persis uranium Melawi diangkut orang-orang Prancis. "Mereka kalau terbang pasti bawa sampel batu itu," ujar pria yang enggan disebut namanya itu. Setiap pemberangkatan, orang-orang Prancis itu membawa sampel batu tiga hingga lima kotak dengan berat masing-masing 20-35 kilogram. Namun hal ini dibantah Kepala Dinas Pertambangan dan Energi Kalbar Aryanto B.H. Menurutnya, sangat tidak mungkin uranium bisa lolos begitu saja. "Ada regulasi yang harus dipenuhi," tambah Aryanto. Pasalnya, uranium adalah suatu bahan galian yang memancarkan sinar alfa, beta, dan gamma yang cukup kuat.
Batan juga membantah jika uranium Indonesia dibawa lari ke luar negeri. Direktur Pusat Pengembangan Geologi Nuklir Batan Sanwijaya Sastratenaya menjelaskan memang ada sejumlah sampel batu uranium untuk diteliti di Prancis. Namun jumlahnya tak terlalu besar bahkan tak nyaris tak berarti.
Lebih jauh, Sanwijaya menjelaskan bahwa kehadiran CEA di Kalbar adalah murni kerja sama dua negara yang berlangsung sejak 1969 hingga 1977. CEA hengkang karena Indonesia saat itu belum ingin mengeksploitasi uraniumnya. "Kerja sama ini berakhir kurang smooth, kurang enak," ungkap Sanwijaya. Tapi, tuntutan keterbukaan tetap saja muncul. Sukirman berharap adanya satu koordinasi soal pengelolaan uranium di Melawi. "Daerah paling tidak mengetahui," tambah Sukirman. Demikian juga dengan pembangunan saran dan prasara wilayah ke daerah eksplorasi seperti jalan.
Hal ini tampaknya sulit dipenuhi. Batan menyebut kewenangan atas urusan barang strategis seperti uranium berada di tangan pemerintah pusat. Meski demikian, Sanwijaya mengaku lembaganya menyimpan 740 kg uranium asal Melawi untuk bahan penelitian. "Sebanyak 200 kilogram itu kita simpan di sini [Jakarta] sisanya kita kirim ke pusat Batan di Yogyakarta," jelas Sanwijaya.
Pemerintah saat ini memang tengah mengkaji kemungkinan memanfaatkan uranium sebagai alternatif energi untuk memenuhi kebutuhan listrik di masa mendatang. Namun Batan belum terpikir untuk mengeksploitasi uranium di Melawi. Sebab, keperluan uranium dalam negeri untuk tiga reaktor yang terdapat di Bandung, Yogyakarta, dan Serpong belum terlampau besar. "Tidak masuk akal konsumsi yang begitu [sedikit] kita harus menambang, jelas Kepala Batan Soedyartomo Soentono sambil menambahkan bahwa uranium banyak dijual di pasar internasional dengan harga murah.
Terlepas dari semua ini, menjaga uranium untuk kebutuhan energi sangatlah penting dilakukan. Namun jauh lebih penting lagi untuk memagari uranium Indonesia agar tidak dicolong dan digunakan untuk merusak perdamaian dunia. Apalagi Indonesia adalah salah satu penandatangan konsensus internasional uranium untuk perdamaian.(TOZ)


Tanggapan 1 : Priyo Pribadi Soemarno

Mas Muhammad Ari Yth.,

Banyak informasi2 yang kurang lengkap yang beredar tentang dunia mineral dan industri pertambangan . Termasuk diantaranya pernyataan seorang Prof. tentang "Emas dan Uranium yang digelontorkan dari Puncak Gunung di Papua melalui pipa berdiameter besar langsung ke laut yang ditunggu oleh kapal (selam ,...?) untuk diselundupkan ke luarnegeri" ,...

Menurut saya pendapat pak Aryanto B. Hadigaloeh Kepala Dinas Pertambangan Kalbar) adalah benar , karena uranium terdapat di alam dalam bentuk batuan yang mengandung mineral radioaktif , belum di 'ekstraks' . Meskipun demikian sudah punya "energi atom" yang cukup kuat untuk membuat tubuh kita panas dingin dan lemes setengah mati . Jadi , kalau eksplorer Perancis yang bekerja disana mengambil batuan tersebut , tentunya baru conto2 batuan untuk di analisa secara detail di laboratorium mereka di Perancis . Di Indonesia khan belum ada yang bisa meng analisa secara detail . Kalau sampai ratusan ton , rasanya , bisa diperiksa di dokumen pengiriman banrang mereka ,.. atau di Sucofindo , atau di pelabuhan tempat mereka mengirim conto . Kalau diselundupkan liwat pesawat ,.... lha mesti konangan di scan X'ray .

Ahli2 Indonesia ,.... pada kemana tuh ahli2 eksplorasi khususnya mineral radioaktif ,..? Kalau menurut wajarnya , setiap survai pasti ada pendampingnya , yaitu insinyur Indonesia yang ngerti mineral juga tahan uji naik2 gunung membawa batuan radioaktif .
Yang paling kompeten , tentunya Kepala dinas Pertambangan dan BATAN untuk bisa menjawab .
Jadi , jangan terburu-buru menganggap kita ini di bodoh2i oleh orang asing . Wong kita memang belum ngerti .


Tanggapan 2 : Wahjudi Irbarianto

Mas priyo,

Kita sebagai orang awam barang tambang pingin tahu sebenernya emas and/or uranium dari gunung papua itu dikeruk nya gimana caranya yah ?


Tanggapan 3 : don mara

Asslm.

Dari penuturan orang yang Sucofindo yang ada di Timika, memang di area operasi PT Freeport tersebut sangat banyak tempat yang rahasia dengan akses yang sangat terbatas, bahkan untuk pengambilan sample untuk analisa harus orang freeport yang ambilin. Dan memang ada pipa2 bawah tanah untuk mengalirkan konsentrat langsung ke pelabuhan dan pipa2 ini di tanam hingga di bawah danau.

Re: [Oil&Gas] Fw: [IA-ITB] Prancis Mengeruk Uranium Melawi ?


Tanggapan 4 : soedardjo@batan.go.id

Yth. Kepala BKHH.
Sesuai posting dari KEPALA BATAN, apakah SAYA DAPAT MEMINTA/MENERIMA
BAHAN PENJELASAN DARI KEPALA BKHH MASALAH URANIUM MELAWI?.

Apakah JAWABAN BKHH TERSEBUT BOLEH SAYA POSTING DI LUAR BATAN?
KARENA MASALAH TERSEBUT JUGA MENJADI BAHAN DISKUSI DI LUAR MILIS BATAN.
TERIMA KASIH.


Tanggapan 5 : aang

mau tanya nih,
apakah pembentukan uranium serupa dengan pembentukan emas/tembaga? Jika pembentukannya beda (dalam lingkup geologi) apakah mungkin ya di FMI ada uranium dan emas secara bersamaan?

lalu untuk sucofindo, apakah memang ada sample nya yang mengandung uranium?

kegiatan pengeboran di FMi memang dilakukan oleh FMI sendiri dengan menggunakan kontraktor PT Pontil. untuk pemeriksaan batuannya dikirim ke lab di timika... bisa menggunakan lab kepunyaan geologi atau sucofindo.


Tanggapan 6 : soedardjo@batan.go.id

Mungkin ada benarnya kalau uranium berasosiasi dengan EMAS. Lihat situs:
http://www.batan.go.id/ppgn/Program%20Litbang.htm

(Contoh batuan dan stream sedimen hasil prospeksi dianalisis di laboratorium geokimia untuk menentukan kadar uranium, emas dan unsure asosiasinya, contoh batuan dianalisis petrografi dan mineragrafi untuk mengetahui proses mineralisasinya.)

Ada bebarapa kalimat dalam bahasa Inggris sbb:

Heap leach process:
An alternative to the normal milling process is the heap leach process as used at some gold and copper mines, in which ore is piled onto a plastic liner and leach solution spray-irrigated onto the ore. Heap leaching of low-grade uranium ore was attempted at the Nabarlek uranium mine in the Northern Territory.(Review of Environmental Impacts of the Acid In-situ Leach Uranium Mining Process Graham Taylor1, Vic Farrington2, Peter Woods2, Robert Ring3 and Robert Molloy1 1CSIRO Land and Water, 2Parsons Brinckerhoff and 3ANSTO)

Heap leach - To dissolve minerals or metals out of an ore heap using chemicals. During heap leaching of gold, a cyanide solution percolates through crushed ore heaped on an impervious pad or base
pads.(https://www.abnamromorgans.com.au/download.cfm?DownloadFile=A850B786-D60D-5745 01A6C6F3E81E0EB5).

Where uranium is produced as a co-product (e.g., the Olympic Dam deposit), the economics of the project are strongly influenced by the other commodities, which in this particular case are gold and copper. Where uranium is produced as a by-product of other mineral commodities phosphate, gold or copper), its potential output is totally dependent on the output and market situation of the primary product.

By-product uranium
There may be an opportunity to recover uranium from an existing facility processing ore for the recovery of some other material. Several examples of this type of plant include the recovery of uranium from South African gold plants, uranium extraction from copper heap leach solutions in the
United States, and uranium recovery from phosphoric acid, in the Southern United States. Beach sand, oil sands and other large tonnage operations may also have the potential to economically yield by product uranium, such as those found in South Africa, Malaysia and other parts of the world. (IAEA-TECDOC-885, Steps for preparing uranium production feasibility tudies: A guidebook)



Tanggapan 7 : "Ferhat AZIZ"

Date: Wed, September 6, 2006 13:47

Yth. Bapak Soedardjo
Terlampir saya sampaikan verbal jawaban BATAN terhadap pertanyaan seputar Uranium Kab. Melawi, yang intinya telah dimuat dalam artikel Koran Pontianak Post Selasa 16 Mei yl.
Informasi ini bersifat umum, tentu saja bisa digunakan untuk menjawab pertanyaan pihak lain ttg hal ini.
Terima kasih atas perhatiannya.


Tanggapan 8 : Sarmufni

Halo,
Singkat aja ya, uranium diantaranya dapat terkonsentrasi di dalam batuan beku asam sebangsa granit, riolit, granodiorit dan dasit, itupun tergantung apakah magma asalnya mengandung uranium atau tidak. Ternyata emas juga sering nongkrong di situ.
Buat teman2 yang pernah ikut survey uranium di Granit Sumatera atau Kalimantan, maka mereka akan sering berjumpa dengan para pendulang emas tradisional di sungai2 wilayah eksplorasi uranium tersebut.
Jadi, bukan hal aneh jika di FMI ada uranium dan emas secara bersamaan.


Sumber :
http://www.migas-indonesia.com/files/article/%5BMining%5DPrancis_Mengeruk_Uranium_Melawi.doc melawi

http://docs.google.com/viewer?a=v&q=cache:A83Dg-WQR7kJ:www.migas-indonesia.com/files/article/%255BMining%255DPrancis_Mengeruk_Uranium_Melawi.doc+melawi&hl=id&gl=id&pid=bl&srcid=ADGEESj0Z66aIqbbN7WfclP5ZQn51mH4D7Q8OYJq3PBlrIrxRw-wC-e5kBBuhzacf_wDxS7G---DEwed3eTSz7bfyIQqCipkIge2hQu4BcQ45uQJYPjsY2wVm7fnuo38G8o6ZA7HeUJQ&sig=AHIEtbRzjTNAZA8tdtFz6sQ-yoKXYnzWjA

Tidak ada komentar:

Posting Komentar